Terakhir diperbarui Pada 21 Februari 2019 at 12:31 pm
Pada tahun 2017 yang lalu Penulis sempat membahas mengenai MBSS, di mana pada tahun ini MBSS masih berupaya untuk mencetak kembali profitnya. Meskipun belum mencetak profit, namun Pak Lo Kheng Hong baru-baru ini kembali menambah kepemilikan di MBSS. Lantas bagaimana perkembangan MBSS disepanjang tahun 2018 ini serta bagaimana prospek ke depannya ?
[Baca Lagi : Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS)]
Daftar Isi
Lo Kheng Hong Kembali Menambah Kepemilikan di MBSS
Tahun 2016 menjadi tahun pertama kali bagi Lo Kheng Hong muncul pada Laporan Keuangan MBSS dan masuk dalam urutan tabel pemegang saham terbesar di MBSS. Saat tahun 2016 lalu Lo Kheng Hong berada di urutan ketiga sebagai pemegang saham terbesar setelah induk usaha nya INDY dan UBS Singapore, dengan jumlah saham 48.0 juta lembar atau sebesar 2.74% dari total saham beredar, di bawah INDY yang menjadi holding company dan UBS AG Singapore.. Berikut ini adalah screenshot nya :
Lo Kheng Hong masuk 3 besar Pemegang Saham MBSS. Source : Annual Report MBSS Tahun 2016
Dan di tahun 2017, Lo Kheng Hong kembali menambah kepemilikan di MBSS sebanyak 30.3 juta lembar saham, sehingga kepemilikan nya mencapai 78.4 juta lembar saham atau setara 4.5% dari total saham beredar. Berikut adalah screenshot untuk komposisi pemegang saham MBSS per 31 Desember 2017.
Lo Kheng Hong Menambah Kepemilikan di MBSS. Source : Annual Report MBSS Tahun 2017
Menjelang akhir tahun 2018 ini, Lo Kheng Hong kembali menambahkan 9.28 juta saham di MBSS. Dengan demikian, kepemilikan Lo Kheng Hong di MBSS telah mencapai 87.55 juta saham. Jumlah ini setara dengan di atas 5% total saham MBSS.
Update Fundamental MBSS
MBSS sebagai salah satu emiten yang bergerak dibidang jasa transportasi dan logistik batubara. dalam kurun waktu 3 tahun berturut-turut mencatatkan kondisi keuangan yang kurang baik sepanjang tahun 2015 – 2017. Demikian pula, hingga tahun 2018 berjalan ini MBSS masih mengalami kerugian yang cukup besar. Salah satu faktor yang mempengaruhi kerugian pada MBSS adalah pelemahan harga batubara yang terjadi disepanjang tahun 2013 hingga 2016, di mana pelemahan harga batubara memberikan dampak pada menurunnya jumlah kontrak MBSS dalam waktu jangka panjang. Demikian pula, kerugian MBSS juga disertai adanya jumlah perbaikan kapal yang meningkat di setiap 5 tahunnya.
Pada Laporan Keuangan MBSS Kuartal II 2018, Laba Kotor / Gross Profit MBSS pun sudah mencatatkan kerugian sebesar – USD 669 ribu. Hal ini mengindikasikan bahwa problem MBSS ini sebenarnya terpusat pada Direct Cost nya yang sangat besar. Sebagai perbandingan, di Kuartal II 2014 (ketika MBSS ini masih mencatatkan Laba Bersih) MBSS ini membukukan Laba Kotor / Gross Profit sebesar USD 27.23 juta dan membukukan Gross Profit Margin sebesar 36.5%.
Sehingga, kendala yang dialami MBSS ini selain terletak pada pencapaian Pendapatan nya yang menurun, namun juga terkendala Direct Cost MBSS juga masih sangat besar yaitu sebesar USD 33.03 juta di Kuartal II tahun 2018 ini. Untuk mengetahui kontribusi Direct Cost yang terbesar ini kita bisa menelusuri Catatan Kaki 20 pada Laporan Keuangan MBSS Kuartal II 2018, sebagai berikut :
Jumlah Penyusutan yang Meningkat terhadap Direct Cost. Source : Laporan Keuangan Kuartal II tahun 2018
Dari keterangan di atas kita dapati bahwa faktor depresiasi masih menjadi momok bagi MBSS, di mana depresiasi tersebut berkontribusi sekitar 37% dari jumlah Direct Cost MBSS yang sebesar USD 33.03 juta tadi. Penyusutan yang terjadi pada MBSS ini tidak terlepas dari nilai Aset kapalnya yang telah berkurang sekitar 50%. Sebagai gambaran, biaya perolehan kapal yang hingga saat ini mencapai USD 346.0 juta, nilai nya telah menyusut USD 167.2 juta.
Di sepanjang tahun 2018 ini sendiri, MBSS juga belum terlalu agresif dalam pembelian kapal. Hal ini terlihat pada jumlah penambahan kapal yang hanya sebesar USD 7.5 juta di tahun 2018 ini. Sebagai informasi MBSS pada tahun 2017 juga tercatat tidak melakukan transaksi pembelian kapal, dan justru menjual 5 Tug Boats nya.
Lantas, mengapa MBSS hingga saat ini belum terlalu agresif dalam membeli kapal ? Salah satu hal yang menyebabkan MBSS belum terlalu agresif adalah karena Arus Kas Operasi MBSS yang belum mampu mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Sebagai gambaran, total Arus Kas Operasi di Kuartal II tahun 2018 MBSS baru bisa mencatatkan Arus Kas Operasi sebesar USD 2.5 juta). Jumlah Arus Kas Operasi MBSS di Kuartal II 2018 tersebut berada jauh di bawah jumlah Kas Bersih MBSS pada periode yang sama di tahun 2017 lalu, di mana total Arus Kas Operasi MBSS mampu mencapai angka USD 7.9 juta. Bahkan di tahun 2014 silam, MBSS mampu mencatatkan arus kas operasi sebesar USD 20.2 juta sampai tengah tahun. Jadi jelas bahwa MBSS sendiri masih belum mampu meningkatkan nilai tunai operasi, setidaknya menyamai pencapaian di tahun 2014 lalu.
Prospek MBSS ke Depan ?
MBSS sendiri di sepanjang Semester II tahun 2018 berjalan ini, sedang berupaya memperbaiki kinerja Pendapatan dan profitabilitas nya. Hal tersebut bisa diperlihatkan oleh MBSS melalui perolehan kontrak baru ditahun 2018 dan menambah aset kapalnya.
Dalam hal menetapkan kontrak barunya, MBSS lebih dominan pada kontrak yang bersifat penyediaan jasa pengangkutan dalam jangka panjang sebanyak 80% dengan perhitungan risiko yang lebih kecil. MBSS ditahun 2018 ini sudah berhasil mendapatkan dua kontrak jangka panjang dengan nilai sebesar USD 80 juta. Berikut kontrak jangka panjang yang sudah diperoleh MBSS :
Pertama, kontrak Pengangkutan Batubara senilai US$ 78 juta dari PT Muji Line, dengan jangka waktu pengerjaan selama 5 tahun. Coal Barging Agreement ditandatangani pada 17 Januari 2018. MBSS dengan PT Muji Line juga tidak mempunyai hubungan afiliasi. Dalam kerjasama MBSS dengan PT Muji Line tersebut, MBSS turut menyediakan fasilitas jasa tug and barge sekaligus dengan pemeliharannya, dan juga MBSS menyediakan awak kapal dan jasa terkait lainnya selama kontrak dengan PT Muji Line berlangsung.
Kedua, kontrak pengangkutan bijih nikel dan batubara di Kendari senilai US$ 2 juta dalam jangka waktu 1 tahun dengan opsional penambahan waktu hanya 1 tahun.
Ketiga, kerjasama MBSS dengan PT Kideco Jaya Agung (KJA). Dalam kerjasama ini MBSS memperpanjang jangka waktu kerjasama hingga 31 Maret 2023 mendatang, dalam hal penyediaan jasa pemindah muatan batubara. Kerjasama yang disepakati melalui penandatanganan Amandemen Perjanjian Nomor 18-01 ini adalah perjanjian perubahan kontrak pada 7 September 2018. MBSS dan KJA sendiri memiliki hubungan afiliasi. MBSS dan KJA adalah anak perusahaan yang secara tidak langsung juga dikendaikan oleh PT Indika Energy (INDY). Dengan memperpanjang kontrak kerjasama dengan KJA, MBSS akan merasakan dampak positif dan peningkatan pendapatan MBSS secara keseluruhan berkisar US$ 34.23 juta. Angka ini setara dengan Rp 509.5 miliar. Dari ketiga kontrak baru yang diperoleh MBSS diatas, Penulis sendiri melihat MBSS bisa kembali kepada masa kejayaannya.
So, kapan MBSS ini akan kembali mencatatkan Laba Bersih? Penulis sendiri menghitung setidaknya MBSS harus bisa mencapai Pendapatan sebesar USD 135 juta, atau jumlah minimalnya sama dengan tahun 2014 silam. Mengapa demikian ? karena seperti yang telah Penulis kemukakan di atas, struktur biaya dari MBSS ini sebagian besar adalah dari Penyusutan nya. Sehingga MBSS memang perlu mencapai kembali nilai Pendapatan nya tersebut, agar bisa mendapatkan Gross Profit Margin (GPM) nya yang sebesar 36%.
Beruntung MBSS ini tidak memiliki hutang dalam jumlah yang besar sehingga dalam memperbaiki kinerjanya MBSS tidak diberatkan pada permasalahan harus membayar beban bunga seperti hal nya AISA yang untuk membayar beban bunga saja kesulitan. Hal ini terlihat dari DER MBSS yang hanya sebesar 41.23%.
Saat ini sendiri, kondisi keuangan MBSS hanya menanggung hutang ke Bank sekitar USD 40 juta (Utang Jangka Panjang Pihak Berelasi) dan Utang Bank USD 15 juta yang terdiri dari Utang Bank jangka Panjang yang sebesar USD 3 juta dan Utang Bank Jangka Pendek yang sebesar USD 12 juta. Dengan demikian, MBSS saat ini “hanya” menanggung Beban Bunga sebesar USD 1.9 juta per Kuartal II tahun 2018.
Sehingga, Penulis sendiri masih memiliki keyakinan bahwa seiring dengan MBSS bisa kembali meningkatkan omset Pendapatannya di Kuartal III tahun 2018 atau kuartal selanjutnya, maka MBSS berpeluang untuk back in business ke depannya.
Kesimpulan
Kembali pada point pertanyaan kita diatas, lantas apakah saat ini sudah boleh masuk ke dalam MBSS ? Penulis sendiri memiliki keyakinan MBSS ini perusahaan yang memiliki fundamental baik namun masih berjuang untuk bangkit. Kondisi Arus Kas Operasi MBSS yang saat ini masih jauh di bawah pencapaian tahun sebelumnya. Penulis sendiri melihat MBSS masih butuh waktu lebih panjang untuk bisa kembali pulih dan recover kepada kinerja terbaiknya.
Dengan kondisi MBSS tersebut akan lebih baik jika kita wait and see terlebih dahulu hingga MBSS bisa kembali mencetak profit. Namun, bagaimana jika ternyata ke depannya MBBS masih mencatatkan Rugi Bersih pada Laporan Keuangan Kuartal III nya? Mungkin saja hal tersebut akan kembali berpengaruh pada terkoreksi nya harga saham MBSS, seperti yang terjadi pasca MBSS merilis Laporan Keuangan Kuartal II 2018 nya kemarin.
###
Info:
Wihhh emang pasti bagus pak kalo LKH juga megang..?
apakah dengan 3 kontrak itu dapat mengoptimalkan keuangannya / membuat MBSS Back in Business?