harga saham SILO

Terakhir diperbarui Pada 21 Februari 2019 at 4:05 pm

Harga saham SILO merupakan salah satu saham yang paling premium di market dalam kurun waktu 5 tahun di 2013 – 2017. SILO berhasil mendapat tempat di pasar saham dengan dihargai pada kisaran Rp 9.000-an sampai Rp 14.000-an (mencerminkan PER 160 – 200x saat itu). Kondisi bullish SILO tidak berlangsung lama, setelah kembali terkoreksi di tahun 2018 ini hingga harga saham nya drop sampai saat ini berada di Rp 2500-an.

Dan, saat artikel ini sedang ditulis, berdasarkan Laporan Keuangan Kuartal II 2018 SILO mencatatkan Rugi Bersih mencapai Rp 25.0 miliar per Kuartal II 2018. Pertanyaannya, apakah bearish nya harga saham SILO disebabkan karena fundamental nya yang mengalami Rugi Bersih saat ini atau karena ada faktor lainnya?. Okay, langsung saja kita bahas dalam artikel ini..

 

Sekilas Tentang SILO

Rumah Sakit Siloam atau dikenal Siloam Hospital adalah salah satu jaringan rumah sakit swasta. Berdiri pada 3 Agustus 1996, melalui PT Sentralindo Wirasta yang bergerak dibidang layanan kesehatan. Tahun 2011 Siloam Hospitals, menjadi jaringan Rumah Sakit dengan membangun enam Rumah sakit dan mengakuisisi lima rumah sakit.

Siloam International Hospital Tbk

Saat ini Siloam sudah mengoperasikan 31 Rumah Sakit serta klinik spesialis dan pusat pengobatan kanker. SILO sendiri telah tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 12 September 2013, dan SILO sendiri mendapat Akreditasi Internasional dari Lembaga Akreditasi Joint Commission International Accreditation pada tahun 2007, 2010 dan 2013.

SILO pun memiliki porsi pembagian pemegang saham yang dibagi ke dalam enam porsi kepada perusahaan-perusahaan. Dalam Group Lippo Related Companies sebesar 34,49%, Publik luas 32,77%, Pemegang Saham oleh mayoritas lain 32,74%, dan PT Prime Health Company Limited 16,59% serta PT Megapratama Karya Persada dan Entitas Anak PT Lippo Karawaci Tbk 51,05%.

Wilayah Persebaran SILO di Seluruh Indonesia

 

Upaya SILO untuk ekspansi pengembangan bisnis rumah sakit baru masih berlanjut di tahun 2019 dengan total target 50 rumah sakit (saat ini sekitar 31 rumah sakit). Hingga saat ini SILO masih konsisten menambahkan rumah sakit bahkan sampai ke pelosok Indonesia. Ekspansi yang dilakukan SILO mendapat dukungan dari kontinuitas perusahaan dalam melayani Pasien BPJS. Karenanya penting bagi SILO menambahkan rumah sakit baru. Dan kontribusi dari pelayanan BPJS membuat pendapatan meningkat menjadi 32%. Wilayah yang sudah menjadi ekspansi SILO diantaranya, Siloam Silampari – Lubuklinggau di Sumatera Selatan. Untuk di Provinsi Jawa Tengah sebagai rumah sakit pertama di Srondol -Semarang, serta di Jogyakarta. Adapun, cabang lain di Lippo Plaza Bekasi, dan Siloam juga mengakuisis rumah sakit di Cirebon.

 

Dengan adanya ekspansi ini, SILO harus menambahkan fasilitas dari mulai bangunan fisik rumah sakit, alat-alat medis, dan kendaraan untuk operasional. Belum lagi, SILO harus memperbaiki atau menambahkan fasilitas yang memang ada penyusutan. Ekspansi SILO saat ini ternyata juga diikuti jejaknya oleh MIKA yang memang berambisi meningkatkan pertumbuhan bisnisnya. Dengan setiap cabang rumah sakitnya nanti berkapasitas 200 tempat tidur dengan total target ekspansi MIKA sebanyak enam rumah sakit baru. Strategi yang dipakaipun tidak jauh beda dengan SILO dalam berekspansi, dengan metode Greenfield ataupun mengakuisisi rumah sakit yang sudah berjalan.

 

Kinerja Fundamental SILO

Bagaimanakah kondisi finansial SILO sejauh ini?. Bila kita tarik pencapaian Pendapatan SILO dari tahun 2011 – 2017, kita bisa temukan bahwa Pendapatan SILO konsisten meningkat. Sebagai gambaran, di tahun 2011 SILO mampu mencatatkan Pendapatan sekitar Rp 1.2 triliun dan terus naik hingga Rp 5.8 triliun di 2017. Demikian pula jika dilihat secara Year on Year (YoY), di tahun 2018 ini akan didapati jumlah Pendapatan yang meningkat. Sebagai gambaran, total Pendapatan SILO Rp 2.5 triliun Kuartal II 2017 dan Rp 2.8 triliun Kuartal II 2018. Maka total Pendapatan tahun 2018 ini masih dalam trend positif, dan bisa dikatakan masih akan meningkat hingga akhir tahun 2018

Meskipun secara omset / Pendapatan SILO masih cukup baik di tahun 2018 ini. Ternyata untuk pertama kalinya SILO mengalami Rugi Bersih sebesar Rp 50 miliar (Annualized) per Kuartal II 2018. Padahal sejak 8 tahun terakhir SILO mampu mencatatkan Laba Bersih cukup stabil dari Rp 44 miliar tahun 2011 hingga mencapai Rp 94 miliar tahun 2017. Pertanyaan nya, “lho kenapa ketika pendapatan meningkat namun  justru SILO mencatat Rugi Bersih tahun ini ?”

 Untuk lebih jelasnya, Penulis akan ajak Anda untuk melihat secara rinci kenapa SILO mengalami Rugi Bersih. Jika, kita buka lagi Laporan Keuangan Kuartal II 2018, meskipun Laba Kotor SILO meningkat dari Rp 769.6 miliar di Kuartal II 2017 menjadi Rp 868.7 miliar di Kuartal II 2018, kita akan temukan jumlah Laba Usaha / Operating Profit drop dari Rp 73 miliar di Kuartal II 2017 menjadi Rp 44 miliar di Kuartal II 2018. Salah satu penyebab turunnya laba usaha ini dikarenakan adanya lonjakan Beban Usaha yang naik dari Rp 653.5 miliar di Kuartal II 2017 menjadi Rp 781.5 miliar di Kuartal II 2018. Berikut adalah gambarannya :

Beban Usaha Naik berdasarkan Laporan Keuangan Kuartal II 2018

 

Meningkatnya Beban Usaha SILO tidak terlepas dari rencananya untuk melakukan ekspansi hingga pelosok, dengan target 50 rumah sakit hingga tahun 2019 mendatang. Belum lagi, adanya tambahan 546 tempat tidur sepanjang 2017, dan harus menambahkan tempat tidur untuk rumah sakit SILO yang baru beroperasi. Dengan ekspansi tersebut, Maka tidak heran Beban Usaha akan meningkat, namun bisa kita katakan bahwa Beban Usaha naik bukan karena operasional SILO tidak efisien namun lebih kepada ekspansi yang dilakukan SILO.

 

Apakah Ekspansi SILO Membebani Keuangan Perusahaan?

Setelah kita mengetahui rencana yang dilakukan SILO tersebut, pertanyaan nya dari mana SILO mendanai ekspansinya tersebut? Jika kita menaruh perhatian pada Liabilitas, kita dapat melihat bahwa Liabilitas yang dicatatkan SILO pun masih dalam pertumbuhan yang sehat. Sebagai gambaran, Liabilitas SILO adalah sebesar Rp 1.2 triliun di tahun 2014 dan menjadi Rp 1.4 triliun di Kuartal II 2018, atau hanya bertumbuh 6.0% per tahun nya. Ini artinya, dalam upaya ekspansinya itu SILO tidak mengambil hutang berlebihan, namun lebih mengandalkan Ekuitasnya.

 

Penambahan Ekuitas SILO sendiri ini tidak terlepas dari Right Issue yang dilakukan Perusahaan di tahun 2016 dan 2017. Di tahun 2016, SILO melakukan Right Issue sebesar Rp 1.3 Triliun dan di tahun 2017, SILO melakukan Right Issue sebesar Rp 3.1 Triliun. Artinya dalam tahun 2016 dan 2017 saja SILO telah mendapatkan dana segar Rp 4.4 triliun. Maka, tidak heran jika SILO mencatatkan lonjakan Ekuitasnya yang besar dari Rp 1.7 triliun di tahun 2015, dan melonjak tajam menjadi Rp 3.1 triliun tahun 2017, serta menjadi Rp 6.2 triliun Kuartal II 2018.

 

Kondisi finansial SILO ini lebih sehat karena tidak membebani Neraca Keuangan perusahaan. Hal ini berbeda misalkan dengan ESSA yang terlalu mengandalkan Liabilitas dalam upayanya berekspansi mendirikan Pabrik Ammonia. Penulis pun sebelumnya pernah mengulas bagaimana fundamental kinerja ESSA dan ekspansinya di pabrik Ammonia. Untuk itu artikel ESSA bisa Anda baca lagi melalui link dibawah ini :

[Baca Lagi : “Benarkah Pambangunan Pabrik Amonia Dapat Membuat Profit ESSA Melonjak Signifikan ?”]

Jika dilihat dari pertumbuhan Arus Kas yang diperoleh, SILO secara konsisten mencatatkan pertumbuhan Operating Cash Flow yang konsisten. Secara rata-rata, SILO bisa menghasilkan arus kas operasi 4x lebih besar dibandingkan dengan saat sebelum IPO. Sebagai gambaran, SILO dapat menghasilkan arus kas operasi sebesar Rp 53 miliar di tahun 2011, dan Rp 226 miliar di tahun 2017 kemarin. Bahkan di Kuartal II 2018 ini, SILO masih mampu mencatatkan arus kas operasi sebesar Rp 128.5 miliar. Meskipun dengan kondisi Rugi bersih mencapai Rp 25 miliar di Kuartal II 2018. Hal ini memberi gambaran bahwa kinerja fundamentalnya di kuartal II 2018 sebenarnya masih tetap baik meskpun mencatatkan Rugi Bersih.

 

Harga Saham SILO di Harga 2700, Menarik ?

Jika Anda baca lagi penjelasan di atas, kita dapat mengatakan bahwa SILO secara keseluruhan masih dalam kondisi yang baik. Seiring dengan ekspansi yang dilakukan oleh Perusahaan, lalu pertanyaan berikutnya apakah dengan harga saham SILO yang saat ini berada di 2700 an menarik ?

Sayangnya jawaban nya belum terlalu menarik. Meskipun secara historikal harga saham SILO sudah terkoreksi sekitar 70%. Namun secara Valuasi belum bisa dikatakan undervalue dan menawarkan Margin of Safety yang tinggi. Terutama karena kinerja perusahaan yang saat ini masih menyandang status perusahaan rugi.

Apalagi jika Anda lihat lagi penjelasan Penulis di awal artikel, SILO ini termasuk salah satu perusahaan yang di tahun 2013 – 2017, harga sahamnya overvalue (PER hingga 160 – 200x). Sehingga penurunan harga saham SILO saat ini lebih ke priced-in dengan valuasi yang lebih wajar saja.

Berapa Valuasi nya saat ini? Dikarenakan, SILO sedang merugi sehingga membuat kita tidak bisa menjadikan PER nya sebagai acuan  (saat ini PER -86.45x). Namun, jika dilihat dari sudut pandang valuasi PBV, saat ini harga saham SILO sedang dihargai dibawah nilai Book Value nya (3,834) atau mencerminkan PBV 0.70x. Meskipun terlihat murah, namun ingat bahwa dari Ekuitas sebesar Rp 6.2 triliun nya saat ini, Rp 4.4 triliun nya didapatkan dari Right Issue, bukan dari Laba Ditahan. Sehingga angka tersebut mungkin tidak bisa terlalu dijadikan patokan juga.

 

Kesimpulan

Dari ulasan diatas, Penulis melihat bahwa merosotnya Laba Bersih SILO hingga mencatatkan rugi bersih Rp 25 miliar di Kuartal II 2018 ini lebih dikarenakan perusahaan sedang berupaya ekspansi sampai ke pelosok dan ingin mengoperasikan hingga 50 Rumah Sakit di akhir 2019. Dan, kalau kita lihat lagi penjelasan di atas untuk ekspansi SILO ini lebih mengandalkan Ekuitasnya, ketimbang meningkatkan Liabilitasnya melalui hutang. Ekspansi yang dilakukan SILO ini didanai dengan penambahan ekuitas melalui Right Issue. Sebesar Rp 1.3 triliun pada tahun 2016, dan Rp 3.1 Triliun di tahun 2017, sehingga tidak terlalu membebani keuangan Perusahaan.

Namun, sayangnya penurunan harga saham SILO saat ini, meskipun membuat harga sahamnya terlihat murah secara historikal, namun belum murah secara nilai karena dua hal : 1) Perusahaan masih menyandang status perusahaan rugi. 2) Pertumbuhan Ekuitas nya lebih banyak karena faktor Right Issue, bukan karena laba ditahan. Oleh karena itu, jika Anda ingin berinvestasi di SILO ada baiknya Anda menunggu sampai kinerja profitabilitas nya kembali positif, dan membuat Ekuitas SILO bertumbuh karena Laba ditahannya.

 

###

 

Info:

  • Monthly Investing Plan Oktober 2018 telah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Cheat Sheet LK Q3 2018 akan segera terbit, Anda dapat memperolehnya di sini
  • E-Book Quarter Outlook LK Q3 2018 akan segera terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Jadwal Workshop :
    • Workshop Value Investing with TICMI (Jakarta, 13 Oktober 2018) dapat dilihat di sini.
    • Advance Value Investing (Jakarta, 20 Oktober 2018) dapat dilihat di sini.

 

 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

11 comments on “Harga Saham Terpuruk, Ada Apa Dengan SILO ?

  1. kalau sektor paling bagus untuk invest apa ya pak..? kalau rumah sakit kaya silo gini bagus gak buat jangka pendek atau panjang?

    1. Kl kita bicara Rumah Sakit, termasuk staples company atau perusahaan yang mutlak dibutuhkan dalam kondisi apapun termasuk krisis sekalipun.. Maksud saya kalau kita amit-amit sakit, kemungkinan besar kita tidak akan menunda untuk cek ke Rumah Sakit.. Saya gk bisa menjawab apakah dalam jangka pendek akan langsun naik lagi, namun kalau untuk jangka panjang bisa dipertimbangkan.. Cuma baiknya menunggu harga nya lebih terdiskon lagi..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *