Terakhir diperbarui Pada 26 Agustus 2019 at 12:05 pm
Kita semua rasanya pasti tahu Bank Permata (BNLI). PT Bank Permata Tbk (PermataBank) merupakan hasil merger 5 (lima) Bank yaitu PT. Bank Bali Tbk, PT. Bank Universal Tbk, PT. Bank Artamedia, PT. Bank Patriot dan PT. Bank Prima Ekspress pada tahun 2002. Susunan pemegang saham Bank Permata terdiri dari PT Astra International (ASII) merupakan pemegang 44,56% saham BNLI. Pemegang saham BNLI lainnya adalah Standard Chartered Bank sebesar 44,56% dan masyarakat 10,88%.
Saat ini Bank Permata melayani lebih dari 2 juta nasabah di 63 kota di Indonesia, per September 2016 PermataBank memiliki 331 cabang (Cabang konvensional dan Syariah termasuk 304 layanan syariah), 22 Cabang Bergerak (Mobile Branch), enam Payment Point, 1012 ATM dengan akses di lebih dari 100.000 ATM (VisaPlus, Visa Electron, MasterCard, Alto, ATM Bersama dan ATM Prima) dan jutaan ATM di seluruh dunia yang terhubung dengan jaringan Visa, Mastercard, Cirrus.
Tahun 2016 sendiri merupakan tahun yang berat bagi BNLI. BNLI melaporkan rugi bersih Rp 6.48 triliun pada 2016. Pada 2015, perusahaan mencatat laba bersih Rp 247.11 miliar. Kerugian tersebut disebabkan oleh lonjakan pencadangan (provisi) atas kredit bermasalah menjadi Rp 12.2 triliun. Peningkatan provisi mendorong kenaikan beban operasional menjadi Rp 16.78 triliun atau naik dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya Rp 8.05 triliun. Dengan demikian, terjadi kenaikan rasio gross non-performing loan (NPL) dari 2.7% pada akhir 2015 menjadi 8.8% pada akhir 2016. Sementara itu rasio, net NPL pun ikut meningkat dari 1,4% menjadi 2,2% pada akhir 2016.
Pergerakan saham Bank Permata
Jika BNLI mengalami kerugian tahun lalu, mengapa kita ngomongin di sini? Nah, di sini menariknya. Di balik kerugian yang dialami BNLI tahun 2016, ternyata perusahaan sudah melakukan quick action, dan diyakini bakal membawa perubahan di tahun 2017 ini.
Pertama, Per Desember 2016, PT. Bank Permata Tbk sudah melakukan perombakan di pucuk pimpinan. Bank Permata menunjuk mantan pimpinan Maybank Indonesia, Ridha DM Wirakusumah, sebagai Direktur Utama baru menggantikan Roy Arman Arfandy yang mengundurkan diri. Biasanya, jika sebuah perusahaan sudah melakukan pergantian nahkoda, maka performance nya akan menjadi lebih baik. Karena pastinya nahkoda baru tersebut ingin menunjukkan “pembuktian” dengan membawa perusahaan ke arah yang lebih baik daripada nahkoda sebelumnya.
Kedua, baru saja sekitar akhir Feb 2017 kemarin, PT Astra Internasional Tbk (ASII) kembali akan menyuntikkan modal ke BNLI senilai Rp 3 triliun ke BNLI tahun 2017 melalui right issue, yang diharapkan rampung pada paruh pertama 2017, di mana Rp1,5 triliun telah diterima sebagai capital advance dari kedua pemegang saham utama, Astra dan Standard Chartered Bank. Tahun 2016 lalu, ASII juga sudah menyuntikkan Rp 5.5 Triliun sehingga dalam 1 tahun terakhir. ASII sudah menyuntikkan Rp 8.5 Triliun kepada BNLI.
Ketiga, berdasarkan laporan yang dirilis di website resmi perusahaan, per Januari 2017. BNLI mencatatkan realisasi laba bersih yang dicatatkan pada Januari 2017 sebesar Rp 136 Miliar. Dan ini adalah sebuah pertanda baik untuk kinerja perusahaan di 2017 ke depannya. Laba bersih BNLI di Jan 2017, salah satunya ditopang oleh penurunan beban cadangan dari Rp 6.2 Triliun pada Desember 2016 menjadi Rp 60.1 Miliar di Januari 2017.
Keempat, terdapat kabar (meskipun belum dikonfirmasi) bahwa terdapat rencana akuisisi PT Bank Permata Tbk (BNLI) oleh Chairman Grup Mayapada Dato Sri Tahir. Tahir pun lewat sebuah entitas perantara, telah menawarkan pembicaraan dengan pemilik 44,56 persen saham BNLI yakni Standard Chartered (Standchart). Sepanjang sejarah akuisisi bank di Indonesia, kata Tahir, harga akuisisi berada di kisaran 2,5 kali hingga 4,7 kali PBV. Akuisisi termahal dengan price book value/PBV 4,7 kali terjadi saat HSBC mencaplok saham PT Bank Ekonomi Raharja Tbk tahun 2009 silam. Di harga ketika Outlook ini ditulis (Rp 700), PBV nya baru mencapai 0.7. Dengan asumsi tidak ada penambahan ekuitas, maka jika akuisisi terjadi bisa di atas harga Rp 2,000.
BNLI ini akan melakukan right issue sekitar Rp 3 triliun di sekitar bulan Mei – Juni 2017, di mana harga pelaksanaannya adalah di 526. Maka dalam jangka pendek mungkin dia akan turun terlebih dahulu ke 600 an, sebelum kemudian naik lagi.
Kesimpulannya? Jika Anda adalah seorang risk taker, maka Anda bisa masuk sebagian sekarang, dan sebagian lagi saat proses right issue nya sudah kelar, atau jika Anda ingin wait and see. Mungkin Anda mendapatkan saham BNLI di harga yang agak lebih mahal, namun dengan tingkat risiko yang lebih kecil. Setelah itu, Anda tinggal tidur saja…
###
INFO TAMBAHAN :
Dalam waktu dekat, saya akan menerbitkan 2 produk baru, yaitu :
- Cheat Sheet, yang berisi ringkasan kinerja laporan keuangan lebih dari 500 perusahaan dari tahun 2011 sampai dengan laporan keuangan yang terbaru.Yang lebih enaknya lagi, seluruh kinerja keuangan lebih dari 500 perusahaan ini dapat anda pantau dalam satu file excel saja, menarik bukan? Untuk info lengkapnya dapat dibaca di sini.
- E-Book Quarter Outlook, yang berisi kumpulan analisis terhadap 20 saham berdasarkan laporan keuangan terbaru (Q1 2017). Saham yang akan dibahas adalah saham-saham yang memenuhi kriteria Value Investing. Yaitu : memiliki fundamental bagus serta valuasi sahamnya masih murah (undervalued). Untuk info lengkapnya dapat dibaca di sini.
Wowww… BNLI nya mantaappp hari ini… Ditunggu analisa lainnya Pak Rivan